Sahabat Ihram, sebagai makhluk Allah yang dhaif (lemah), pasti kita pernah melakukan perbuatan dosa, dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil bisa dihapuskan oleh Allah, dengan memperbanyak istighfar. Nah, bagaimana dengan dosa besar, Sahabat Ihram? Jika kita melakukan perbuatan dosa besar maka taubat adalah satu-satunya cara untuk memohon agar Allah menerima taubat kita dan menghapuskan segala dosa yang telah dilakukan.
Apa saja syarat penting diterimanya taubat? Simak selengkapnya.
1. Meninggalkan perbuatan maksiat
Maksud meninggalkan perbuatan maksiat adalah ketika kita menyadari bahwa perbuatan yang kita lakukan adalah dosa besar, maka segeralah hentikan perbuatan itu. Bukan meneruskan perbuatan tersebut karena alasan tanggung, sehingga berpikir untuk bertaubat nanti setelah selesai melakukan perbuatan maksiat tersebut.
2. Menyesal telah melakukannya
Sahabat Ihram, penyesalan adalah salah satu rukun taubat. Jika seseorang yang sudah melakukan perbuatan maksiat, kemudian ia tidak menyesal setelah melakukannya maka sesungguhnya ia tidak bersungguh-sungguh untuk bertaubat. Sebagaimana hadits berikut ini yang artinya, “Penyesalan itu adalah taubat.” (HR. Ibnu Majah No 4252)
3. Bertekad untuk tidak mengulang perbuatan maksiatnya
Sahabat Ihram, munculkanlah rasa benci pada perbuatan maksiat. Agar kita tidak terpengaruh lagi untuk melakukannya.
Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 135 yang artinya, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon amun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
4. Jika dosanya berhubungan dengan hak orang lain, maka harus mengembalikan hak orang tersebut atau meminta maaf
Abu Hurairah ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang pernah menzalimi kehormatan orang lain atau sejenisnya, hendaklah minta kehalalannya hari ini sebelum datang hari yang tidak ada lagi dinar dan dirham, di mana jika dia punya amal kebaikan, maka itu akan diambil sesuai kadar kezalimannya, dan jika tidak punya amal kebaikan, maka dosa orang yang dizaliminya itu yang akan diambil dan dipikulkan kepadanya.” (HR. Bukhari)
5. Taubat dilakukan sebelum ajal menjelang (kondisi sakaratul maut)
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat An-Nisa ayat 18 yang artinya, “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”
6. Taubat akan selalu diterima sampai matahari terbit dari barat
Taubat seseorang akan diterima sebelum terbitnya matahari dari barat. Sebagaimana hadits berikut ini yangartinya, “Siapa yang bertaubat sebelum terbitnya matahari dari barat maka Allah akan menerimanya.” (HR. Muslim no 2703)
7. Apabila dosa yang dilakukan yaitu menyesatkan orang banyak atau melakukan kerusakan di muka bumi, maka harus memperbaiki keadaan semampunya
Apabila seseorang yang mengikuti ajaran sesat kemudian menjadi penyeru atau yang diikuti dalam ajaran sesat tersebut. Maka, tidak cukup hanya beristighfar dan menyesali perbuatannya. Tapi, Ia harus berperan aktif memerangi ajaran sesat tersebut dan menjelaskan kepada khalayak umum bahwa apa yang Ia ajarkan adalah ajaran sesat dan tidak benar serta mengajak pengikutnya untuk kembali kepada Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 160 yang artinya, “Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan serta menerangkan (kebenaran). Terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.”