Sahabat Ihram jika kita bingung, dihadapkan dengan pilihan-pilihan terbaik dalam hidup. Misalnya kita dihadapkan dengan pilihan jodoh atau pilihan pekerjaan yang kita inginkan. Nah… Sahabat Ihram bisa melakukan shalat istikharah, memohon pada Allah agar ditunjukkan pilihan terbaik untuk kita.
Nah… shalat istikharah ini, bukan untuk memilih sesuatu yang diharamkan ya. Misal, memilih perempuan untuk dijadikan pacar. Nah… hal ini jelas-jelas tidak ada dalam Islam ya Sahabat Ihram. Maka tidak dibenarkan melaksanakan shalat istikarah untuk memilih laki-laki mana yang akan dijadikan pacar.
Waktu melaksanakan shalat istikharah yaitu kapan saja kecuali lima waktu yang dilarang melakukan shalat, yaitu setelah shalat subuh sampai matahari terbit, ketika matahari sedang terbit sampai naik sepenggal, ketika matahari sedang tepat di atas kepala, setelah shalat Ashar sampai matahari terbenam dan ketika matahari sedang terbenam sampai sempurna terbenamnya.
Cara melaksanakan shalat istikharah sebagaimana hadits Jabir ra yang berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami cara istikharah (minta petunjuk) dalam segala urusan sebagaimana beliau mengajari kami surah dari Al Quran. Beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian ingin melaksanakan suatu perkara, maka shalatlah dua rakaat. Setelah itu berdoalah: (Allahumma innii astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as’aluka min fadhlikal ‘azhiim, fainnaka taqdiru walaa aqdiru wata’lamu walaa a’lamu waanta ‘allaamul ghuyuub. Allahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wa’aaqibati amrii (atau: fii ‘ajili amrii wa ‘aajilihi) faqdurhu lii wayassirhu lii tsumma baarik lii fiihi. Wainkunta ta’lamu anna hadzal amra syarrun lii fii diinii wama’aasyii wa’aaqibati amrii (atau: fii ‘aajili amrii wa ‘aajilihi) fashrifhu ‘annii washrifnii ‘anhu waqdur lil khaira haitsu kaana tsumma ardhinii bih.)
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku minta petunjuk kepada-Mu dengan pengetahuan-Mu dan aku minta kekuatan dari-Mu dengan kekuatan-Mu dan aku mohon keutamaan-Mu yang agung, karena Engkau maha kuasa dan aku tidak berkuasa, Engkau maha tahu dan aku tidak tahu dan Engkau maha mengetahui apa yang tersembunyi.
Ya Allah, sekiranya menurut-Mu hal ini baik untukku dari segi agama dan kehidupan serta semua akibatnya (atau: baik untukku baik kini maupun nanti) maka takdirkanlah ia untukku dan permudahlah aku mendapatkannya, kemudian ridhailah aku dalam hal itu. Namun, sekiranya menurut-Mu hal ini buruk untukku dari segi agama dan kehidupanku serta semua akibatnya (atau: buruk untukku baik kini maupun nanti) maka jauhkanlah ia dariku dan jauhkan aku darinya. Takdirkanlah hanya yang terbaik untukku bagaimana pun keadaannya, lalu ridhailah aku dalam itu semua.” (HR. Al-Bukhari: 1162)