Puasa Khusus adalah puasa menahan nafsu perut dan kemaluan juga menahan pendengaran, pandangan, lidah, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat. Nah menurut Imam Al-Ghazali inilah beberap tips dapatkan derajat puasa khusus, simak selengkapnya...
1. Menundukkan pandangan
Aktivitas menundukkan pandangan ini tidak hanya ketika kita melihat aurat lawan jenis yang bukan mahram, tapi juga menjaga pandangan kita dari tontonan video Youtube dan televisi yang tidak bermanfaat dan bahkan cenderung melalaikan.
Saat Ramadhan, sebaiknya kita gunakan mata kita untuk banyak membaca Al-Quran, atau jika lelah membaca Al-Quran bisa dengan mebaca buku buku keislaman atau melihat sambil mendengar video-video ceramah agama yang bermanfaat.
2. Menjaga lidah dari segala yang diharamkan
Pentingnya menjaga lidah, karena kata-kata keburukan yang menggunjingkan orang lain (ghibah), memfitnah, berbohong, mengumpat, mencela, memaki dan membentak orang lain bisa membatalkan pahala puasa. Dan kita hanya menahan lapar dan dahaga.
3. Menjaga telinga
Pentingnya menjaga telinga dari mendengar berita yang tidak halal, seperti finah, gosip, atau mendengar cerita porno dan lain-lain. Dalam hal ini mendengar sama dengan membaca. Ketika puasa kita tidak boleh membaca yang mengandung kepornoan, karena bisa membangkitkan syahwat. Kalau syahwat sudah bangkit, maka puasa akan rusak.
4. Menjaga seluruh anggota tubuh
Semua anggota tubuh kita juga harus berpuasa. Mata, lidah, telinga, kaki, tangan dan perut harus dijaga. Tidak boleh melakukan kemaksiatan yang bisa menghilangkan pahala puasa.
5. Jangan makan terlalu kenyang saat berbuka
Hal ini sering terjadi di bulan Ramadhan dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat muslim di seluruh dunia yang mengistimewakan bulan ini. Termasuk dalam hal makanan, biasanya makanan serba lezat menghiasa waktu berbuka. Hal ini tentu membuat kepekaan kita berkurang terhadap kaum Dhuafa yang kesulitan makan. Serta mengurangi hikmah puasa itu sendiri.
Perut yang terlalu kenyang membuat orang menjadi malas, ibadah kurang khusyuk, cepat mengantuk dan tidak konsentrasi dalam melaksanakan ibadah.
6. Hati yang selalu takut dan berharap pada Allah semata
Maksudnya, takut kalau-kalau puasanya tidak diterima, tapi di saat yang sama juga berharap puasanya diterima. Dalam penjelasannya Al-Ghazali menyebutkan riwayat Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashri bahwa ia melewati sekelompok orang yang tertawa-tawa. Ia berkomentar, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menjadikan Ramadhan sebagai gelanggang pertandingan bagi para hamba-Nya siapa yang paling taat di antara mereka. Yang menang hany satu kelompok dan yang kalah berbagai kelompok. Maka sungguh mengherankan ketika ada orang yang tertawa di hari kemenangan bagi sang juara dan kekalahan sang pecundang. Demi Allah, kalau saja tutup dibuka (diperlihatkan hakikat sebenarnya oleh Allah), niscaya yang baik akan sibuk membanggakan kebaikannya dan yang buruk akan sibuk dengan menyesali keburukannya hingga tak ada waktu buat tertawa."
Al-Ghazali menutup keenam poin ini dengan cerita Al-Ahnaf bin Qais, ada orang berkata padanya, "Anda sudah tua dan lemah, lebih baik tidak usah puasa." Ia menjawab, "Aku mempersiapkannya untuk sebuah perjalanan panjang. Kesabaran dalam menjalankan perintah Allah jauh lebih ringan dibanding kesabaran merasakan siksa-Nya."
Inilah makna batin dari puasa, yang benar benar menyelami hikmah dan hakikat puasanya, Ia akan sangat rindu dan tidak akan berpisah dengan ibadah yang mulia ini.